Friday, January 21, 2011

Horror Dunia Pendidikan Kita

Tulisan ini merupakan uneg-uneg saya memandang dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya. Meski beberapa sekolah menunjukkan kualitas yang bagus. Mohon maaf bila dirasa menyinggung pihak tertentu dan jika tulisan ini kurang bermutu.

Dunia pendidikan kita ibarat neraka bagi para siswa. Siswa siswa seperti menjadi zombie-zombie sistem pendidikan. Pembelajaran yang terlalu melampaui batas kemampuan siswa membuat siswa harus memforsir otaknya untuk mengikuti pelajaran. sebagai contoh matematika standar sekolah menengah diberikan di sekolah dasar. Selain itu ditambah lagi dengan jam tambahan untuk tutor nyaris menghabiskan waktu mereka.

Dunia pendidikan kita sangat mementingkan penggunaan otak kiri daripada otak kanan. Otak kiri bekerja untuk hal-hal yang berhubungan dengan rasio, mekanik, perhitungan sementara otak kanan berhubungan dengan seni, keindahan, kreativitas, spiritual. Kenyataan menunjukkan bahwa orang akademis lebih mudah dihipnotis daripada yang tidak atau berpendidikan rendah. Karena mereka terbiasa menerima ‘perintah’ yang ditanamkan ke pikiran mereka.

Selain itu, kualitas guru sangat memprihatinkan. Dari pengalaman penulis sendiri melihat kualitas dan kedewasaan tenaga pengajar sungguh memalukan. Bagaimana murid bisa pintar jika gurunya tidak pintar dan bijaksana? Penulis pernah menjumpai seorang yang berjiwa preman menjadi guru dan akan menjadi kepala sekolah. Alamak...

Sertifikasi guru yang bertujuan menyaring guru berkualitas ternyata menurut pengalaman di lapangan tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Malahan menimbulkan konflik antar guru yang lolos sertifikasi dengan yang tidak lolos atau bukan guru sertifikasi. Disamping memboroskan uang negara karena standar gaji tinggi tapi tidak sesuai dengan kualifikasi. Mengapa hal ini bisa terjadi? kemungkinan karena kualitas penilai sertifikasi juga kurang baik dan bisa dilobi.

Sebaiknya orang-orang yang berkepentingan terhadap pemberian kebijakan juga terjun ke lapangan, bukan hanya membuat konsep kebijakan saja. Untuk apa standardisasi jika yang mau distandardisasi memang belum siap?

No comments:

Post a Comment